Selasa, 23 Desember 2014

Study Tour Rafki

“Rafkiii…!! Bangun..!! sudah jam berapa ini?!”
“Hooammmhh… Bukannya ini hari Minggu Ma…?”
“Kan hari ini kamu mau study tour ke Bogor…”
“O, iya!!! Aku lupa!! Aku mau mandi dulu Ma..!” Rafki buru-buru bangun, tanpa peduli dengan seprainya yang berantakan, dan langsung menyambar handuk di atas tempat tidur menuju kamar mandi.
Setelah mandi buru-buru ia memilih baju yang akan dikenakannya, termasuk membawa banyak bekal. Dan tanpa sarapan ia langsung melesat lari menuju sekolahnya. Ibu Rafki cuma geleng-geleng melihat kelakuan anak bungsunya itu.
Sampai sekolah, dia bergegas mencari tempat duduk di dalam bus. Dicarinya Chika di dalam bus itu, tapi tidak ada. Bahkan anak-anak yang berada di dalam bus itu sepertinya juga bukan teman-teman sekelasnya. Dengan bingung Rafki akhirnya bertanya pada salah satu guru yang dikenalnya.
Rupanya Rafki ketinggalan bis. Yang dinaikinya adalah bis anak-anak kelas lima. Sedang bis yang seharusnya dinaiki Rafki sudah lama meninggalkan sekolah. Dan itu berarti selama perjalanan Rafki tak bisa bersenang-senang, karena tidak satu pun anak yang dikenalnya.
Sekarang Rafki duduk bersama seorang anak kelas lima yang bernama Arvin. Ia seperti tidak pernah bicara, sepanjang perjalanan ia terus melihat jendela. Rafki yang sudah bete gara-gara ketinggalan bis, jadi tambah bete karena enggak bisa menikmati perjalanan. Ah, coba kalo tadi aku enggak bangun kesiangan, pikir Rafki, pasti aku bakal seneng-seneng ngobrol bareng Chika sama Bona. Karena bosen diam terus, ia pun akhirnya tertidur.
Ketika terbangun, ia melihat bis yang sepertinya rombongan classmets-nya, berhenti tepat di depan bis yang ditumpangi Rafki sekarang. Rupanya mereka sudah sampai di sebuah tempat wisata. Rafki yang sudah tidak sabar ingin berkumpul dengan teman-temannya lagi, langsung menyerobot antrian anak-anak kelas lima yang bergantian keluar bis.
Ketika turun, beruntung Rafki melihat Bona yang juga kebingungan dengan rombongannya. Segera Rafki menepuk pundak anak berkacamata itu.
“Hai, Bonai! Akhirnya ketemu juga! Mana Chika dan anak-anak kelas kita?” mengedarkan pandangannya ke segala penjuru tempat itu.
“Chika sih, lagi ke kamar mandi. Kalo anak-anak lain nggak tau kemana. Eh, kamu tadi naik bis yang mana, kok nggak keliatan?”
“Oohh, tadi aku kesiangan, jadi ikut bisnya anak kelas lima. Disana aku enggak bisa ngobrol, abis enggak ada yang aku kenal, sih. Disana tadi gimana, seru banget, ya?” cerocos Rafki mengikuti Bona berjalan di sekitar taman itu.
Chika baru keluar kamar mandi wanita ketika Rafki dan Bona melintas. Chika terkejut melihat Rafki tiba-tiba disitu.
“Kamu dari mana aja, kok tau-tau disini, emang kamu naik apaan?” sambil merapikan rambutnya yang panjang sebahu.
“Tadi ikut bis anak kelas lima,” jawabnya pendek.
“Eh, kesana yuk! Dipanggil Pak Remon, tuh,” tunjuk Bona ke arah Pak Remon melambai-melambai meminta anak-anak berkumpul. Dan mereka bertiga segera berjalan ke arah Pak Remon.
“Semuanya boleh jalan-jalan di sekitar taman wisata ini, tapi ada tugas dari saya, yaitu catat nama-nama pohon apa saja yang ada di sini, minimal 50 pohon…”
“Apaaa…!!!” Kontan semua anak berteriak, kalo minimal 50, gimana maksimalnya?
“Kalian cari mulai dari tempat kita berkumpul ini, jangan ada yang pisah-pisah sama temannya ya, karena nanti ada yang tersesat bisa bingung semua, mengerti semuanya?!” Pak Remon memberi instruksi.
Dan semuanya sudah mulai mencari-cari, bertanya, menebak-nebak, ada juga yang bukannya mengerjakan tugas, malah asik makan-makan di bawah pohon.
Sementara itu Bona, Rafki, dan Chika juga asik ngobrol sama tukang kebun di sana. Maksudnya nanya-nanya gitu. Kalau capek, ya, ngadem deh di bawah pohon. Abis, matahari tuh nggak henti-hentinya menyinari bumi dengan teriknya, sampe tanaman juga ada yang gosong lho.
Rurin dan temannya Dandy sudah mengumpulkan lebih dari 30 jenis pohon. Karena itu, mereka merupakan sasaran empuk para pencontek, seperti Firri cs. Mereka nih, udah kenyang makan, tugas nyontek, dan pemalakan juga dilakukan pada Rurin dan Dandy.
Tanya sana-sini udah, tapi yang kekumpul baru 25-an. Itu berarti baru setengahnya buat dapetin nilai minimal. Cagalli pusing sama tugas yang ini, kakinya udah pegel, belum kelar juga. Rurin dan Dandy tiba-tiba berlarian menuju Rafki cs. sambil terengah-engah.
“Kenapa, Rin? Kok, panik gitu sih?” Tanya Bona pada teman sebangkunya itu sambil keheranan.
“Kita berdua mau minta perlindungan dari kamu sama temen-temen kamu ini..”
“Mau minta apaan?”
“Gini, jadi tadi kita tuh dipalakin sama Firri cs. terus tugas kita dicontek semua sama mereka…” Dandy nyeritain keadaan mereka sekarang.
“Kan kita tau, mereka itu takut sama Rafki, jadi kita mau minta perlindungan…”
Rafki yang dari tadi selonjoran di bawah pohon, akhirnya memalingkan pandangannya pada Rurin, karena merasa yang dimaksud Rurin itu dirinya.
“E, enggak, nggak usah. Percuma ngomong sama mereka,” kata Rurin tergagap, takut dimarahi Rafki.
“Ooh, ya udah berarti urusanku selesai, kan? Ayo, cari pohon lagi…” Rafki mengajak Bona dan Chika. Sementara yang diajak cuma melongo, kok bisa menganggap enteng masalah kayak gitu.
“Boleh nggak kita ikut sama kalian?” Tanya Rurin sebelum Rafki cs. pergi.
“Boleh aja. Ayo ikut…” dengan enteng Rafki menjawab keseriusan Rurin.
“Beneran nih..?” Tanya Rurin lagi.
“Atau mau ikut sama Firri cs.?” Killua memberi penawaran.
“Ya engga lah orang kayak gitu, capee deh…!!” Jawab Rurin dan Dandy kompak.
Akhirnya Killua bisa mendapat teman baru lagi, tapi kali ini orangnya baik-baik. Enggak seperti Firri dan lainnya, teman-teman Rafki dulu. Bahkan baru lima menit kerjasama dengan Rurin dan Dandy, Rafki sudah sangat akrab dengan mereka. Padahal sebelumnya nggak pernah Rafki main sama mereka, apalagi menyapa. Hal itu membuat Chika diam-diam mulai menyadari betapa hebatnya teman kecilnya itu. Andai semua orang seperti dia.
Melihat Chika yang melamun, membuat Bona ingin mengejutkan Chika. Diam-diam Bona berjalan di belakang Chika dan…
“Ada apa Bon?” Chika tiba-tiba menoleh pada Bona, yang saat itu Bona juga kaget, mau ngagetin malah ketahuan.
“Ooh, eehh… ini mau nanya udah dapet berapa…?” jawab Bona sekenanya, bingung.
“31. Kan tadi kita sama-sama udah nulis segitu, emang kamu udah dapet lagi?”
“Eeehh… belum” Bona gelagapan menjawab.
“Bona..! Chika..! Ayo kita cari lagi..!” terdengar suara Dandy memanggil.
“Iya… tungguin aku!” jawab Chika kemudian menyusul Dandy.
Jam sudah menunjukkan pukul 1 siang. Setelah seluruh anak kelas 1, 2, dan 3 berkumpul, acara makan siang pun dimulai. Matahari gak henti-hentinya menyinari bumi siang itu, bahkan telor aja bisa mateng kalo ditaruh disana. (Yang ini cuma bercanda)
Firri cs. lahap banget memakan nasi pemberian dari guru tadi. Sampe-sampe Ditty, anak paling gendut bin rakus di geng itu, abis 3 kardus nasi, malah sekardus-kardusnya juga diabisin.
Rafki cs. sih, lagi santai di bawah pohon. Perut udah kenyang makan barusan, tinggal ngapain lagi ya? Pikir Rafki sambil merebahkan tubuhnya di hamparan rumput.
“Rafki, kita jalan kesana yuk!” ajak Chika sambil menunjuk ke arah Rurin, Bona dan Dandy, yang sudah melambaikan tangan pada Rafki.
“Hmm… boleh juga”
Rafki segera berdiri dan menyusul Chika yang sudah lari duluan.
“Ki, main kejar-kejaran, yuk!” ajak Chika pada Rafki yang masih rada-rada bengong liat teman-temannya jadi kayak anak kecil disana, pada lari-larian.
“Eh…” Pikirannya melayang, teringat pada waktu ia kecil.
Dulu, sewaktu baru pindah ke kota Subur, ia belum punya teman, walau sebenarnya dia punya bakat bergaul dengan orang baru. Maka saat itu dia pergi ke taman kota itu, sambil menyapa teman-teman baru yang ia lihat. Tapi semuanya tidak ada yang peduli pada Rafki. Itu membuat Rafki sedih.
Kemudian ia melihat ada seorang anak perempuan yang berlari-lari sendirian, seolah-seolah ada yang sedang mengejarnya. Mungkin ia kesepian, pikir Rafki yang segera menghampiri anak itu, dan mengajaknya bermain.
Beruntung anak itu mau bermain dengan Rafki. Mereka berdua pun menghabiskan waktu dengan bermain kejar-kejaran. Mulai saat itu mereka selalu bermain bersama, dan permainan favorit mereka adalah… kejar-kejaran… sampai sekarang.
“Hallooo… kok bengong aja sih…” Chika melambai-lambaikan tangannya di depan wajah.
“Eh… I, iya, kenapa..?”
“Kok kenapa? Pasti kamu inget waktu kita masih kecil, ya…”
“Ah, enggak…”
“Masa? Itu kan, permainan kenangan kita waktu masih kecil. Ayo, mau main gak?” Chika mengulurkan tangannya.
Dengan tampangnya yang cuek, ia menepis lengan Chika.
“Aku masih bisa jalan sendiri kok, gak usah dituntun” ucapnya sambil berlalu. Tapi sebenarnya Chika yakin, Rafki masih ingat kenangan mereka waktu kecil.
Cagalli cuma bisa geleng-geleng kepala. Padahal senang, kok ditutup-tutupin, pikirnya sambil menyusul anak-anak lain yang sedang bermain.
Jam menunjukkan pukul 5 sore. Setelah jalan-jalan dan membeli oleh-oleh, rombongan SD Subur Jaya itu segera meninggalkan lokasi study tour mereka dan menuju ke sekolah mereka.

MEMORI

Hari masih gelap, tetapi sekolah sudah terlihat ramai. Hari itu murid-murid kelas 3 akan berdarmawisata, sekaligus akan mengadakan acara perpisahan di Sukabumi. Aku dan teman-teman pagi-pagi sekali sudah tiba di sekolah dan siap untuk berangkat. Kira-kira pukul setengah enam pagi kami telah berangkat dengan menggunakan bis. Sepanjang perjalanan, kami berdiskusi untuk mempersiapkan kembali rencana yang telah kami buat, untuk acara perpisahan nanti.
“Seperti yang telah kita rencanakan kemarin,” Lintang sang ketua kelas membuka diskusi, “Jadi nggak, kelas kita nyanyi buat acara perpisahan?” sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh teman-temannya.
“Jadi lah, Lin. Masa udah capek-capek latihan terus nyanyinya nggak jadi,” kata Oliv, yang kemudian disambut anggukan dari teman-teman lainnya.
“Oke, oke, sebentar. Aku mau catet dulu sumbangan acara dari kelas kita,” kata Lintang, kemudian mulai mencatat.
“Ada lagi nggak, nih, yang mau nyumbang acara? Selain tadi, yang nyanyi sekelas,” tanya Wulan pada teman-teman lainnya.
“Aku mau baca puisi. Boleh nggak?” tanya Dina.
“Boleh banget!” kata Lintang.
“Tapi bacanya berdua, aku sama Fifi,” lanjut Dina.
“Boleh, yang penting udah nyumbang acara,” jawab Lintang, kemudian mencatat lagi.
“Aku tetep ngiringin anak-anak nyanyi kan, nanti?” tanya Raihan.
“Iya, sekalian buat ngiringin puisi juga bagus,” jawab Lintang sambil mencatat.
“Kalau ngeband, jadi nggak Lin?” tanya Aryo sambil memainkan stik drum yang dibawanya.
“Jadi. Tapi personil lainnya pada siap nggak?”
“Beres. Band kita udah siap kok, lahir batin,” jawab Aryo santai.
Lintang menuntaskan catatannya. “Ada lagi nggak, yang mau nyumbang acara?” tanyanya pada seluruh teman-temannya. Tapi tidak ada yang menjawab.
“Udah segitu aja cukup, Lin. Nggak usah banyak-banyak. Nanti nggak ditampilin semua,” ujar Ayu.
“Iya, kamu bener, Yu. Tapi ngomong-ngomong, teks lagunya Westlife yang kemarin udah pada hapal semua, belum?”
“Udah Lin. Kita tinggal nyanyi aja,” jawab Ayu.
“Oke! Kalau udah semua, aku mau kasih catatan ini dulu ke guru,” kata Lintang.
Sekitar pukul setengah sebelas kami telah tiba di Sukabumi. Tepatnya di sebuah tempat wisata disana. Udaranya sangat sejuk. Karena semuanya sudah kelaparan, guru-guru pun memutuskan untuk kami makan siang dahulu, sebelum menikmati tempat wisata tersebut. Masing-masing diberi kotak makanan dan diberi kebebasan untuk duduk dimana saja, asal jangan berpencar terlalu jauh dari pengawasan guru. Aku dan teman-teman lainnya langsung mencari tempat yang teduh.
“Di bawah pohon sebelah sana, kelihatannya bagus tuh, tempatnya!” ujar Fifi pada yang lainnya.
“Nggak ah, disitu kelihatannya banyak semut,” kataku, yang disambut beberapa teman lainnya.
“Kalau begitu yang di sebelah sana aja, gimana? Kelihatannya teduh dan nggak banyak semut,” kata Dina sambil menunjukkan pada yang lainnya.
Semua pun mengangguk setuju. Kami segera menuju kesana.
Disana kami makan sambil latihan menyanyi untuk acara nanti. Setelah makan, kami berfoto-foto. Kemudian berkumpul kembali ke tempat yang telah ditunjuk oleh guru untuk mengumpulkan muridnya. Setelah diberi beberapa peringatan dan petunjuk, kami diperbolehkan menjelajah tempat itu sepuasnya, sampai waktu yang telah ditentukan. Aku dan yang lainnya menuju ke beberapa tempat yang unik dan berfoto disana, sebelum akhirnya kami memutuskan untuk menjelajah kebun teh.
Di kebun teh, sudah ada bapak kepala sekolah dan beberapa guru yang telah lebih dulu kesana. Sebenarnya kami juga ingin kesana, tapi jalanannya menurun dan licin. Nabil dan Sigit sudah duluan kesana. Memang antara kami, anak cowok dan anak cewek jarang ada yang mau saling membantu. Terutama anak cowok yang maunya menang sendiri. Tapi saat itu, beberapa anak cowok membantu kami untuk turun.
“Sini, siapa yang mau duluan turun?” tanya Andi sambil bersiap.
“Eh, siapa duluan tuh! Aku nggak berani,” kata Wulan agak takut.
“Aku bantuin deh!” kata Ega sambil menjulurkan tangannya pada kami.
Lintang maju duluan. Perlahan sambil dipegangi ia menuruni jalan setapak yang licin itu. Yang lain kemudian mengikuti. Aku pun sebenarnya takut, tapi aku berusaha untuk melaluinya. Sampai di bawah, sudah ada Sulthon yang menunggu.
“Di bawah juga licin! Nanti di dekat jembatan hati-hati!” teriaknya memperingati sambil membantu kami melompati semak belukar.
Ketika Wulan sudah sampai di bawah dan dipegangi Sulthon, saat melewati semak belukar, ternyata tanah itu sangat licin. Karena kurang hati-hati, Wulan pun terpeleset. Tapi badannya tak sengaja mendorong Sulthon sehingga Sulthon juga ikut terpeleset dan badannya jatuh ke semak belukar yang penuh Lumpur.
“Aduh, maaf ya, Ton! Aku nggak sengaja ngedorong kamu! Jadinya kamu yang jatuh. Maaf ya. Kamu nggak apa-apa, kan?,” ucap Wulan meminta maaf. Ia lalu bangun dengan dibantu Fifi dan Oliv. Tampaknya ia masih kaget dengan kejadian barusan.
“Iya, nggak apa-apa. Cuma kotor bajunya,” jawab Sulthon sambil bangkit dan membersihkan bajunya dari lumpur.
Ega dan Andi bukannya merasa kasihan, malah menertawakan Sulthon. Tapi mereka membantu membersihkan baju Sulthon. Kemudian mereka menyusul anak-anak perempuan yang sudah berjalan duluan.
Sampai di kebun teh, kami berfoto-foto. Udaranya sangat sejuk. Baru sebentar kami menyusuri kebun teh, hujan mulai turun. Semakin licin tanah yang kami pijak.
“Gimana nih? Udah mulai hujan. Apa kita balik lagi saja?” kata Dina mulai panik.
“Wah, jangan! Percuma kita sudah susah-susah kesini!” bantah Aryo sambil melindungi kamera yang ia bawa dari hujan.
“Terus, sekarang kita mesti gimana?” tanyaku juga mulai panik. Hujan semakin lebat.
“Kita jalan aja terus. Ikutin jalan ini,” kata Andi, lalu menunjukkan arah dan menuntun teman-temannya.
“Memang kamu tahu jalan disini, Ndi?” tanya Aryo ragu.
“Ya udah. Ikutin aja feeling aku,” jawab Andi sok yakin.
Anak perempuan diam saja. Mereka nggak tahu sama sekali jalan pulang. Mereka pasrah mengikuti Andi daripada nggak bisa pulang sama sekali. Hujan mulai reda. Kami semua kemudian singgah di sebuah rumah yang terbuat dari bambu. Di dalamnya tidak ada orang. Hanya ada tumpukan jerami. Kami beristirahat disana.
“Akhirnya sampai juga!” kata Andi kemudian duduk dan menselonjorkan kaki.
“Sampai gimana, Ndi? Ini sih, namanya kita masih nyasar, tau!” kata Ega sambil mendorong badan Andi.
“Ya, daripada kita berkeliaran di jalan dan nggak tahu arah, lebih baik kita istirahat dulu disini,” jawab Andi kalem.
Sementara itu, Aryo, Raihan, dan Sulthon melihat air terjun. Tak jauh dari rumah itu.
“Eh, sini lihat! Ada air terjun disana!” teriak Aryo pada yang lainnya sambil menunjuk ke arah sekitar pepohonan.
Semuanya keluar dari rumah itu dan melihat ke arah yang ditunjuk oleh Aryo.
“Ke sana, yuk! Nanti kita foto-foto disana!” kata Lintang girang.
“Boleh juga. Ayo kesana!” sambut Dina dan yang lainnya semangat.
Meski jalannya licin apalagi sehabis hujan, tapi mereka tetap bersemangat menuruni tangga tanah yang licin itu. Namun Iko dan Fifi memilih untuk tidak ikut ke air terjun.
“Kenapa kalian nggak ikutan?” tanya Raihan pada Fifi dan Iko.
“Aku mau nemenin Iko, soalnya kalau kedinginan, asmanya bisa kambuh,” jawab Fifi sambil membawa Iko masuk.
“Sohib banget kalian berdua,” komentar Raihan, kemudian menyusul anak-anak lain ke air terjun.
Di air terjun, airnya sangat dingin. Kami bermain air disana, saling mencipratkan air, dan tak lupa berfoto-foto. Tapi beberapa menit kemudian, hujan deras pun turun kembali. Kami segera kembali ke rumah bambu tadi dengan menaiki undakan tanah yang licin.
Tiba di rumah bambu tadi, kami terduduk kelelahan. Baju kami basah kuyup, tapi untungnya tas tadi kami tinggal di dalam bis, jadi tidak ikut kebasahan. Hujan deras masih mengguyur di luar sana. Aku melihat jam dari handphone. Sudah jam setengah tiga. Sebentar lagi kami harus segera berkumpul bersama guru-guru lainnya di dekat bis. Aku memberitahu yang lainnya.
“Udah jam setengah tiga, nih. Sebentar lagi, kan, kita disuruh kumpul,”
“Oh iya ya! Waduh, kalau hujan seperti ini terus, gimana kita bisa pulang?” kata Ayu pada yang lainnya.
“Kita telpon Bu Sawitri aja! Bilang kalau kita terjebak hujan di kebun teh,” usul Lintang.
“Bener juga. Nih, pakai saja handphone aku,” kata Fifi, lalu menyerahkan handphonenya pada Lintang.
Lintang meraih handphone itu dan mencoba menghubungi wali kelas. Namun saat dicoba tidak bisa. Ternyata tidak ada sinyal handphone disana.
“Waduh, kok nggak ada sinyalnya, ya?” kata Lintang sambil melangkah ke dekat pintu untuk mencari sinyal.
Semuanya melihat ke handphone masing-masing yang untungnya tidak ikut basah karena kehujanan tadi. Memang benar, sinyalnya tidak ada. Lintang masih berusaha mencari sinyal. Beberapa menit kemudian, sinyal handphone itu muncul seiring redanya hujan. Segera ia menghubungi wali kelas. Semuanya harap-harap cemas menanti hasil pembicaraan Lintang dengan Bu Sawitri.
Tak sampai semenit, Lintang mematikan handphonenya. Semuanya bertanya.
“Gimana, Lin? Apa kata Bu Sawitri?”
“Bu sawitri bilang kalau kita disuruh nunggu hujan dulu sampai agak reda, setelah reda langsung kita cari jalan pulang. Guru-guru dan anak-anak lainnya bersedia menunggu disana,” jawab Lintang pada teman-temannya.
“Itu hujan udah agak reda. Ayo kita segera cari jalan pulang!” kata Andi, lalu memimpin teman-temannya.
Baru beberapa langkah mereka berjalan, lewatlah Nabil dan Sigit bersama anak-anak kelas lainnya.
“Nabil!” panggil Ega.
Nabil menoleh, “Lo, kok, kalian masih disini?” tanyanya.
Ega menghampiri Nabil dan Sigit.
“Kalian tahu nggak, jalan balik ke tempat guru-guru dan anak-anak lain kumpul?”
“Makanya kita sekarang mau kesana,” jawab Sigit.
“Ya udah kita bareng aja,” kata Ega. Lalu menoleh pada anak-anak lain yang berkumpul di belakangnya.
“Ayo, kita ikutin Nabil sama Sigit aja!”
Kami pun mengikuti rombongan Nabil dan Sigit. Meski diiringi gerimis dan lagi-lagi melewati jalan yang becek, sambil berlari kami mengikuti mereka. Supaya memudahkan kami berlari, akhirnya kami melepaskan sepatu dan mengumpulkannya pada sebuah plastik besar, yang kemudian dibawa oleh Ega. Ternyata jalannya berbeda dengan jalan sewaktu berangkat tadi. Kali ini tidak melewati tanjakan yang licin, tetapi melewati rerumputan pendek yang basah oleh hujan.
Bermula dari Ega yang jatuh gara-gara terpeleset rumput yang basah, anak laki-laki lainnya mengikuti jejak Ega. Mereka sengaja terpeleset, lalu meluncur di atas rumput yang basah itu. Kemudian tertawa bersama. Dengan baju yang basah kami semua terus berlari, hingga sampailah di tempat guru-guru dan anak-anak lain berkumpul. Lalu kami segera masuk ke bis, mengambil tas masing-masing dan membawanya keluar. Kemudian menuju kamar mandi terdekat, untuk berganti baju. Beruntung aku dan teman-teman membawa baju ganti. Kami buru-buru mandi sekalian dan berganti baju, lalu berkumpul di dekat bis.
Kepala sekolah memberi tahu kami untuk mempersiapkan panggung untuk acara perpisahan nanti malam. Kami berbagi tugas. Ada yang mendirikan panggung, ada yang mempersiapkan alat-alat lain untuk acara. Aku dan teman-teman mendaftarkan acara yang akan kelas kami bawakan pada panitia acara. Lalu kami sekelas berkumpul untuk berlatih nyanyi lagi sebelum tampil di panggung nanti.
Acara perpisahan dimulai pukul setengah delapan malam, setelah kami selesai sholat dan makan. Dimulai dari sambutan kepala sekolah, ketua panitia, lalu wali kelas. Setelah itu acara hiburan. Kami menunggu giliran kelas kami untuk menampilkan hiburan. Tak lama, Dina dan Fifi maju ke panggung untuk membacakan puisi dengan diiringi petikan gitar Raihan. Lalu giliran kami sekelas untuk bernyanyi. Lagu My Love-nya Westlife pun kami nyanyikan. Setelah selesai acara hiburan, dilanjutkan acara api unggun. Aku dan teman-teman duduk lesehan membentuk lingkaran di atas rumput yang masih agak basah. Kami merenungi apa yang kami telah alami selama tiga tahun ini dan peristiwa yang terjadi hari ini.
“Tiga tahun tuh, ternyata cepet banget, ya,” kata Dina pelan.
Semuanya mengangguk.
“Terutama hari ini,” kata ku,” Waktu di kebun teh tadi. Nggak biasanya anak cowok bantuin kita. Bahkan mereka sampai ikut-ikutan nyasar bareng kita,”
“Itu bener,” kata Fifi,” Pengalaman hari ini tuh, nggak bakal aku lupain. Pertama kalinya anak cowok nggak menang sendiri. Anak cowok dan anak cewek saling kerjasama, saling tolong menolong. Ternyata mereka semua itu sebenarnya baik, tapi kita aja yang anggap mereka anak-anak bandel dan jahil,”
“Hari ini kita jadi saling mengerti. Bahwa di antara kita semua seperti layaknya bersaudara. Tapi sebentar lagi kita akan berpisah. Kita harus berjanji, akan terus mengingat peristiwa hari ini, baik cewek maupun cowok, untuk mengingatkan bahwa persahabatan kita tak akan hilang karena terpisah oleh jarak,” kata Lintang, lalu mengisyaratkan untuk saling memeluk teman-temannya.
Kemudian malam itu, setelah acara perpisahan selesai, kami pun pulang, dengan membawa sebuah pengalaman dan kenangan yang tidak akan pernah kami lupakan.

CARA MEMBUAT AKTA NOTARIS

Akta Notaris ialah Akta yang dibuat dihadapan atau oleh  Notaris. Akta ini memiliki kekuatan pembuktian di hadapan pengadilan yang paling kuat dibandingkan alat bukti surat lainnya. Perbedaan utama dibanding akta lainnya adalah kesaksian Notaris terhadap kapan dan dimana serta siapa yang melakukan  perbuatan hukum yang tecntum dalam akta tersebut.
Akta juga dibedakan yaitu Akta Otentik dan Akta Di bawah tangan. Suatu surat  dapat dikatakan sebagai akta bila telah ditandatangai, dibuat dengan sengaja dan dipergunakan oleh orang untuk keperluan surat tersebut dibuat. 
Di dalam KUHPerdata ketentuan mengenai akta diatur dalam Pasal 1867 sampai pasal 180 Syarat formil akta notaris: Diatur dalam ketentuan Pasal 38 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris

(1) Setiap  Akta Notaris terdiri atas:
  1. awal akta atau kepala akta.
  2. badan akta.
  3. akhir atau penutup akta.
(2) Awal akta atau kepala akta memuat :
  1. judul akta
  2. nomor akta
  3. jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun
  4. nama lengkap dan tempat kedudukan Notaris.


(3) Badan akta memuat:
  1. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan, pekerjaan, jabatan, kedudukan, tempat tinggal para penghadap dan/atau orang yang mereka wakil.
  2. Keterangan mengenai kedudukan bertindak penghadap.
  3. Isi akta yang merupakan kehendak dan keinginan dari pihakyang berkepentingan.
  4. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, serta pekerjaan, jabatan, kedudukan, dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi pengenal.


(4) Akhir atau penutup akta memuat:
  1. Uraian tentang pembacaan akta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16ayat (1) huruf l atau Pasal 16 ayat (7).
  2. Uraian tentang penandatanganan dan tempat penandatanganan atau penerjemahan akta apabila ada.
  3. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, jabatan, kedudukan, dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi akta.
  4. Uraian tentang tidak adanya perubahan yang terjadi dalam pembuatan akta atau uraian tentang adanya perubahan yang dapat berupa penambahan, pencoretan, atau penggantian.
(5) Akta Notaris Pengganti, Notaris Pengganti Khusus, dan Pejabat Sementara Notaris, selain memuat ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), juga memuat nomor dan tanggal penetapan pengangkatan, serta pejabat yang mengangkatnya.

Akta notaris yang tidak memenuhi syarat formil dalam Pasal 38 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, maka akta tersebut menjadi akta di bawah tangan
Syarat materil (Diatur dalam ketentuan  Pasal 1320 KUHPerdata):
  1. Adanya kesepakatan kedua belah pihak. Maksud kata sepakat ialah, kedua belah pihak yang membuat perjanjian sepakat mengenai hal-hal yang diatur dalam kontrak.
  2. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum. Ini adalah suatu azaz dalam ilmu hukum yang berarti orang yang sudah cukup umur/ dewasa dan sehat pikirannya. Menurut KUHPerdata yang termasuk dewasa adalah bagi laki-laki 21 tahun dan bagi wanita 19 tahun. Adanya Obyek.
  3. Adanya suatu obyek dari suatu perjanjian haruslah memuat sesuatu hal/ tindakan atau barang yang jelas.
  4. Adanya kausa yang halal. Pasal 1335 KUHPerdata, suatu perjanjian yang tidak tidak bertentangan sengan peraturan hukum yang berlaku.
Apabila akta otentik tersebut tidak memenuhi syarat obyektif Pasal 1320 B.W., maka akta tersebut batal demi hukum.


Apapun bentuk usahanya PT, CV, Fa, Koperasi, UD dll pasti hal pertama dalam perijinan adalah akta notaris. Akta Notaris ini dibuat oleh Notaris. Jadi kalau mau membuat akta notaris datang aja ke notaris. Tapi jangan lupa sebelum membuat akta notaris persiapkan dulu:

  1. Bentuk badan hukum (PT, CV, atau yang lainnya)
  2. Nama perusahaannya (Untuk PT harus 3 kata)
  3. Siapa yang menjadi Komisaris, Direktur Utama, Direktur dll.
  4. Berapa modal awalnya ? khusus PT (perusahaan kecil sampai 200jt, perusahaan menengah  200 jt-500 jt, perusahaan besar lebih dari 500jt)
  5. Biasanya notaris akan mengecek nama yang kita ajukan, jangan sampai nama tersebut sudah ada, kalau belum ada yang pakai  dinyatakan oke . Dan jangan lupa juga harus tertulis usaha yang benar-benar akan kita jalani. Untuk biayanya tidak sama setiap notaris. Bisa-bisanya kita menawar,  untuk CV Notaris mau Rp 500.000 untuk PT agak mahal, mintanya Rp 1.000.000
REFERENSI:

Murid Nakal, Kepala Sekolah dan Pemilik Kebun

Seorang murid sekolah yang sangat nakal dan sering membolos dari sekolah, suatu saat berencana untuk mengambil dan memetik buah-buahan dari suatu kebun tanpa sepengetahuan pemiliknya.
Pemilik kebun ini, di setiap musim panen, selalu membanggakan hasil panennya yang sangat baik. Pada musim semi, dia bisa menunjukkan bunga-bunga yang mekar pada pohonnya dan di musim gugur dia bisa memetik apelnya yang telah ranum.
Suatu hari, pemilik kebun ini melihat murid sekolah ini dengan sembarangan memanjat pohon buah dan menjatuhkan buah-buahan yang telah masak maupun belum masak. Murid nakal ini bahkan mematahkan dahan-dahan pohon, dan melakukan begitu banyak kerusakan sehingga pemilik kebun ini mengirimkan laporan berisikan keluhan kepada kepala sekolah di mana anak tersebut bersekolah. Kepala sekolah ini datang segera ke kebun tersebut dan membawa murid-murid yang lain di belakangnya. Kepala sekolah ini ingin memarahi dan menghukum murid nakal tersebut dan memberikan contoh kepada murid lainnya bahwa setiap perbuatan yang nakal, akan mendapatkan hukuman. Tetapi apa yang terjadi? rencana kepala sekolah tersebut menjadi berantakan dan malah memperparah keadaan, karena saat murid-murid yang lain melihat pohon apel yang telah ranum, mereka langsung menyerbu ke kebun dan memanjat pohon serta memetik buah apel dari pohon.
Tindakan yang dianggap bijaksana, belum tentu bijak.

Kelinci dan Anjing Pemburu

Seekor anjing pemburu yang mengejar-ngejar seekor kelinci, dan setelah beberapa lama, sang Anjing menyerah dan menghentikan pengejarannya. Kebetulan kejadian itu disaksikan oleh seorang gembala yang langsung mengejek sang Anjing dan berkata:
"Hewan yang lebih kecil ternyata larinya lebih kencang dibandingkan dengan kamu,"
Sang Anjing menjawab, "Tidakkah kamu melihat perbedaan di antara kami? Saya berlari untuk mendapatkan makanan, sedangkan sang Kelinci berlari untuk mempertahankan hidupnya."
Keinginan menentukan kerasnya suatu usaha.

CARA MEMBUAT NPWP DAN FUNGSI NPWP

A. Cara membuat NPWP


        Nomor pokok wajib pajak atau yang lebih dikenal dengan singkatan NPWP wajib dimiliki oleh perorangan, perusahaan, koperasi, BUMN, Firma, PT, CV, kongsi, dan lainnya untuk melakukan hak dan kewajiban sebagai bagian dari masyarakat Indonesia. Nomor pokok wajib pajak ini merupakan pajak penghasilan yang perlu dibayarkan kepada pemerintah untuk membiaya fasilitas umum untuk masyarakat pula, jadi dari dan untuk rakyat. Cara daftar NPWP tidaklah sulit. Ada dua cara untuk mendaftarnya yaitu secara online dan offline.

      Cara daftar NPWP secara online maupun offline diperlukan kelengkapan dokumen sebagai syarat yang harus dipenuhi. Dokumen yang harus dilengkapi bagi perorangan adalah kartu tanda penduduk atau paspor serta dokumen izin pendirian usaha dari pihak berwenang bagi pemilik usaha perorangan. Dokumen yang harus dilengkapi tersebut agar mempermudah cara mendaftar NPWP ada beberapa tambahan lagi apabila dia bukan berupa perorangan seperti dokumen izin usaha dan pendirian bangunan bagi usaha tetap di bidang kontraktor dan lainnya.

1. Cara daftar NPWP secara online

      Cara daftar NPWP secara online dapat dilakukan dengan mengunjungi situs ww.pajak.go.id. Selanjutnya pilihlah aplikasi e-registration untuk memulai mendaftar melalui elektronik. Isilah formulir pendaftaran wajib pajak dengan benar. Perhatikan dengan saksama apa saja yang perlu diisi agar tidak ada kesalahan data setelah itu. Apabila pengisian formulir tersebut berjalan lancar dan berhasil, tahap selanjutnya adalah mengirimkan dokumen yang diminta ke KKP tempat wajib pajak. Pengiriman fotokopi dokumen tersebut paling lambat harus sudah diterima dalam jangka waktu 14 hari masa kerja dengan dibubuhi tanda tangan. Jika tidak memungkinkan untuk melakukan pengiriman, upload bentuk soft file data yang diperlukan melalui aplikasi e-Registration tadi.

2. Cara daftar NPWP secara online

     Cara daftar NPWP secara offline atau di sebut pendaftaran secara langsung dapat dilakukan dengan mendatangi langsung kantor wajib pajak, melalui jasa kurir, atau mengirimkan menggunakan pos. Cara Pendaftaran Nomor Pokok wajib Pajak dapat dilakukan dengan menyediakan semua dokumen yang diperlukan berupa hasil foto kopian dan dilengkapi dengan surat permohonan pengajuan NPWP yang telah ditandatangani serta formulir pendaftaran wajib pajak yang sudah diisi sekaligus telah ditandatangani. Formulir tersebut dapat didownload melalui www.pajak.go.id. Waktu yang dibutuhkan untuk membuat NPWP tersebut tidak lama. Hanya dalam waktu satu hari kerja Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) sudah dapat diterima oleh pendaftar melalui Pos Tercatat. Cara daftar NPWP mudah bukan? Tidak perlu menggunakan banyak dokumen untuk melengkapi persyaratan, cukup dengan kartu tanda penduduk dan mengisi formulir. Selain itu, jangka waktu selesainya pembuatan NPWP juga cukup singkat. Mau menunda sampai kapan untuk membuat NPWP? Warga bijak tertib dalam membayar pajak.


B. Syarat-syarat dalam membuat NPWP

Syarat-syarat untuk memperoleh NPWP dan Pengukuhan PKP

1)      Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Non Usahawan:
a.       Fotokopi KTP atau SIM bagi penduduk Indonesia;
b.      Fotokopi Paspor dan surat keteranngan tempat tinggal bagi orang asing

2)      Untuk wajib Pajak Orang Pribadi Usahawan:
a.       Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia;
b.      Fotokopi? Paspor dan surat keterangan tempat tinggal bagi orang asing
c.       Surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari instansi yang berwenang

3)      Untuk Wajib Pajak Badan
a.       Fotokopi akta pendirian dan perubahan terakhir atau surat keterangan penunjukan dari kantor pusat bagi BUT
b.      Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia salah seorang pengurus;
c.       Fotokopi paspor bagi orang asing dan surat keterangan tempat tinggal
d.      Surat keterangan tempat kegiatan usaha dri instansi yang berwenang

4)      Untuk bendaharawan sebagai pemotong/pemungut :
a.     Fotokopi KTP bendaharawan;
b.    Fotokopi surat penunjukan sebagai bendaharawan.

5)      Untuk Joint operation sebagai wajib pajak pemotong/pemungut:
a.       Fotokopi perjanjian kerja sama sebagai joint operation;
b.      Fotokopi NPWP masing-masing anggota joint operation;
c.       Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia dari salah seorang pengurus
d.      Fotokopi paspor dan surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang
6)      Untuk Wajib Pajak berstatus cabang , orang pribadi pengusaha tertentu atau wanita kawin tidak pisah harta harus melampirkan fotokopi surat keterangan terdaftar

7)      Apabila permohonan ditandatangani orang lain harus dengan surat kuasa khusus

Untuk Wajib Pajak Pindah, syarat-syaratnya adalah sebagai berikut :

1)            Wajib Pajak Orang Pribadi Usahawan, pindah tempat tinggal/kegiatan usaha:
a.     Kartu NPWP
b.    surat keterangan tempat tinggal baru dari instansi yang berwenang atau
c.     Surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas

2)            Wajib Pajak Orang Pribadi non usaha, pindah tempat tinggal :
a.       surat keterangan tempat tinggal baru dari instansi yang berwenang, atau:
b.      surat keterangan dari pimpinan instansi perusahaannya.

3)            Wajib Pajak Badan, pindah tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha :
a.       surat keterangan tempat kedudukan atau ;
b.      surat keterangan tempat kegiatan baru dari instansi yang berwenang

B. Fungsi membuat NPWP

Fungsi NPWP adalah :
  1. Sebagai sarana dalam administrasi perpajakan;
  2. Sebagai identitas Wajib Pajak;
  3. Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan administrasirasi perpajakan;
  4. Menjadi persyaratan dalam pelayanan umum, misalnya passpor, kredit bank dan lelang.
  5. Melamar pekerjaan di perusahaan-perusahaan ternama
  6. Syarat buat kartu kredit, kredit bank 
  7. Memenuhi salah satu persyaratan ketika melakukan pengurusan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP);
  8. salah satu syarat pembuatan Rekening Koran di bank-bank; dan
  9. memenuhi persyaratan untuk bisa mengikuti tender-tender yang dilakukan oleh Pemerintah.

REFERENSI :